Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : x + 292 Halaman
Cetakan : ke-14, januari 2008
ISBN: 979-3062-92-4
Novel ini adalah novel kedua dari
tetralogi Laskar pelangi karya Andrea Hirata. Sang Pemimpi adalah sebuah
kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya percaya
akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, selin
itu juga memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Andrea berkelana menerobos
sudut-sudut pemikiran di mana pembaca akan menemukan pandangan yang
berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang
meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. Selayaknya
kenakalan remaja biasa, tetapi kemudian tanpa disadari kisah dan
karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret
kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus
namun memiliki efek filosofis yang meresonansi.
Tiga orang pemimpi. Setelah tamat SMP,
melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan dan mimpi ketiga
pemberani ini dimulai. Ikal salah satu dari anggota Laskar Pelangi dan
Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD
dan tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah
dan Ibu Ikal, dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim
piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak
memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim
yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar di
sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja.
Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai
selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena
bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa
mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan
belajar ke Sorbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia,
kepala sekolahnya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja
keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan
dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu.
Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dilogika,
tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa
optimisme Arai tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke
Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi
pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan
kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia
yakin kalau Arai dan Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan
selalu bersama mereka. Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari
pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah
banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang
sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan.
Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan
setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa.
Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada
pertandingan untuk memperebutkan 15 besar
.
Saat wawancara tiba, tidak disangka,
profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan
Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih
bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah
wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai
pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita,
akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah
dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini
sudah direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas
Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan Ikal,
proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan
teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang
kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-debar
membuka isinya. Pengumuman penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih
karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin
membuka kabar itu bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan
dimulai. Baik Arai maupun Ikal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari
surat itu. Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di Perguruan
tinggi Sorbone, Prancis. Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai,
inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Kedua sang pemimpi ini diterima
di Universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Di
sinilah perjuangan dari mimpi itu dimulai, dan siap melahirkan anak-anak
mimpi berikutnya.